Sudah 3 minggu sekolah di liburkan. Anak- anak murid disuruh belajar dari rumah. Aku jadi terkenang dengan kelasku dan murid- muridku. Biasanya merekalah yg dekat denganku. Belum habis jam istirahat terkadang mereka datang menjemputku mengajak masuk kelas. Bahkan ada beberapa anak yang suka bawakan buah mangga masak. Setiap embelajaran mereka bersemangat mengikuti, terkecuali siswaku yang satu ini. Namanya Dadang. Setiap kali Aku menjelaskan pelajaran dia memang memperhatikanku tapi ketika masuk latihan dia tak pernah mau menulis .Aku sering menegurnya mengapa dia tak mau menulis. Alasan hari ini pensil patah, besok pensil hilang, besok lagi buku tak ada. Aku dibuat pusing oleh muridku yang satu ini. Suatu hari pensilnya tak bawa, aku membelikannya pensil ke koperasi dan menyuruhnya menulis. Sebenarnya dia tidak bodoh cuma malas dan tak ada motivasi. Akupun mengunjungi rumahnya. Ternyata Dadang tinggal dengan mak wo nye. Ayahnye kerja Malaysia dan ibunya sudah meninggal. Kata keluarganya Dadang memang nakal buk.pukul aja kalau dia nakal. Saya bilang tak lah buk masa anak orang saya pukul. Cuma saya nasehati aja, kalau memang dadang mau sekolah Dadang harus mau belajar di kelas, bawa peralatan menulisnya pensil dan buku tulis. Bahkan dadang terkadang tertidur di kelas. Yang kurang saya senangi dengan Dadang dia suka memukul temannya. Tiap hari ada saja teman yang mengadu ke saya bahwa dia di pukul Dadang. Akhirnya saya pulang dan minta supaya Dadang berjanji mau belajar di kelas mengerjakan latihan yang guru berikan supaya nanti naik kelas. Bersambung